Image: http://ehstoday.com/
Studi
awal pemecahan masalah diidentifikasi perbedaan antara permulaan pemecah
masalah dan pemecah masalah yang berpengalaman baik dalam cara mereka mengatur
pengetahuan mereka tentang fisika dan bagaimana mereka menghampiri masalah (Docktor
& Mestre, 2014). Studi awal (Chi, Feltovich, Glaser, 1981) tersebut
telah menunjukkan perbedaan yang jelas antara skema masalah expert dan
orang-orang dari novice. Skema expert mengandung banyak
pengetahuan prosedural, dengan kondisi eksplisit pada penerapannya. Skema novice dapat
dicirikan mengandung pengetahuan deklaratif yang cukup rumit tentang
konfigurasi fisik dari masalah dan kurangnya metode solusi untuk konsep-konsep
yang abstrak. Biasanya guru menggunakan media sebagai pembantu para novice untuk
memahami konsep-konsep abstrak tersebut. Para expert pada awalnya
menggunakan prinsip-prinsip fisika yang abstrak untuk mendekati dan kemudian
merepresentasikan masalah dalam pemecahannya, sedangkan novice mendasarkan
representasi dan pendekatan mereka pada fitur literal setiap masalah.
Terdapat
beberapa temuan terkait pendekatan pemecahan masalah yang dilaksanakan
pada pembelajaran di kelas. Peserta didik masih ditemukan mengalami miskonsepsi
dalam pemecahan masalah fisika. Menggali kesulitan siswa dengan menanyakan
kepada mereka untuk memprediksi apa yang harus terjadi dalam situasi konkret,
membantu mereka menyadari perbedaan antara prediksi mereka dan apa yang
sebenarnya terjadi, dan kemudian guru memberikan bimbingan dan dukungan untuk
meningkatkan keahlian mereka adalah salah satu strategi tersebut (Singh,
2007). Selain miskonsepsi masih juga terdapat siswa yang memecahkan masalah
dengan menggunakan intuisi. Sherin (2006) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa
pengetahuan fisika yang intuitif dapat memainkan berbagai peran dalam pemecahan
masalah fisika, termasuk beberapa peran yang penting dan langsung terhubung ke
persamaan-persamaan. Kelemahan dari memecahkan masalah dengan intuitif adalah
hanya dapat dilakukan oleh siswa yang merasa familiar dengan masalah-masalah
yang diajukan.
Ketika
siswa menerima umpan balik tentang kinerja mereka pada pekerjaan dan ujian,
guru umumnya mengharapkan siswa untuk merenungkan dan belajar dari kesalahan
mereka (Docktor & Mestre, 2014). Namun, penelitian menunjukkan bahwa
seperti diagnosis diri dari kesalahan sulit bagi siswa. Dalam sebuah studi oleh
Cohen et al. (2016), hanya sepertiga sampai setengah dari seluruh siswa
mampu mengenali kapan mereka menggunakan prinsip fisika yang pantas untuk
memecahkan masalah. Hasil ini dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan kepada
mereka menunjukkan bahwa memiliki akses kepada solusi dan rubrik self diagnosis
yang benar membantu siswa menjelaskan sifat dari kesalahan mereka secara lebih
baik daripada solusi dari guru atau hanya akses ke buku teks dan catatan kelas (Yerushalmi,
Mason, Cohen, & Singh, 2016). Strategi lain (Henderson & Harper,
2009), sebuah intervensi kelas yang dilakukan oleh guru mengharuskan siswa
untuk memperbaiki kesalahan mereka dan mampu memperbaiki proses belajarnya dan
keterampilannya juga sangat relevan bagi pemecahan masalah, seperti refleksi.
Temuan
lain terkait keterampilan matematika, hasil analisis (Ogunleye, 2009)
menunjukkan bahwa kurangnya pemahaman siswa dari masalah dan keterampilan
matematika mereka yang tidak mempuni merupakan hambatan utama dalam lingkup
kesulitan siswa dalam memecahkan masalah fisika. Selanjutnya, penelitian ini
mengidentifikasi dua solusi utama yang mungkin bisa membantu siswa dalam
memecahkan masalah fisika:
a. penyediaan
tugas rumah yang cukup
b. diajar
oleh guru fisika yang berkualitas
Jadi,
terkait hambatan dalam keterampilan matematika dapat disimpulkan bahwa siswa
butuh dorongan dan bimbingan untuk membuat hubungan antara pengetahuan mereka
tentang kalkulus dan masalah fisika.
Daftar
Rujukan
Chi,
M. T., Feltovich, P. J., & Glaser, R. (1981). Categorization and
representation of physics problems by experts and novices. Cognitive
science, 5(2), 121-152.
Cohen,
E., Mason, A., Singh, C., & Yerushalmi, E. 2016. Identifying differences in
diagnostic skills between physics students: Students' self-diagnostic
performance given alternative scaffolding. arXiv preprint arXiv:1603.03105.
Docktor,
J. L., & Mestre, J. P. (2014). Synthesis of discipline-based education
research in physics, 020119, 1–58. http://doi.org/10.1103/PhysRevSTPER.10.020119.
Henderson,
C., & Harper, K. A. (2009). Quiz corrections: Improving learning by
encouraging students to reflect on their mistakes. The Physics Teacher, 47(9),
581-586.
Ogunleye,
A. O. (2009). Teachers' And Students' Perceptions Of Students' Problem-Solving
Difficulties In Physics: Implications For Remediation. Journal of College
Teaching and Learning, 6(7), 85.
Sherin,
B. (2006). Common sense clarified: The role of intuitive knowledge in physics
problem solving. Journal of research in science teaching, 43(6),
535-555.
Singh,
C. (2016). Effect of misconception on transfer in problem solving. arXiv
preprint arXiv:1602.07686.
Yerushalmi, E.,
Mason, A., Cohen, E., & Singh, C. (2016). Effect of self diagnosis on
subsequent problem solving performance. arXiv preprint arXiv:1603.06647.
No comments:
Post a Comment