Assalamu Alaikum Wr. Wb.
Pada postingan ini saya ingin bercerita tentang mengajar di salah satu sekolah SMP di Kolaka. Saat ini saya sedang menggantikan salah satu guru mata pelajaran IPA di sekolah tersebut karena beliau sedang sakit. Perjanjiannya saya akan menggantikannya hanya sebulan dengan honor mengajar Rp.7.500,-/jam. Saya di berikan 25 jam pelajaran/minggu sehingga gajinya sebulan Rp.75.000,-/bulan (lumayanlah untuk beli pulsa dan bensin heheheh). Saya ditunjuk untuk menggantikan karena saat ini saya sedang terkatung-katung tanpa kejelasan apakah saya masih akan tetap menjadi staf pengajar atau sudah tidak di salah satu universitas negeri di daerah saya, soalnya saya masih berstatus S1 jadi dianggap sebagai cadangan saja untuk mengisi tempat yang kosong dalam hal ini mata kuliah fisika dasar yang tak ada pengampuh S2-nya.
Saya sangat di terima baik disini karena semua guru-guru disini serta kepala sekolahnya merupakan sahabat baik orang tua saya yang juga guru. Di sekolah ini saya mengajar 5 kelas di tingkat kelas VII termasuk kelas belakang yang selalu terkenal dengan siswa-siswanya yang bandel. Pada suatu hari tepat satu minggu saya disini, saya masuk ke kelas VII.7 untuk memberi ulangan harian. Yang terjadi adalah mereka tidak terlalu memperdulikan saya di kelas layaknya guru yang lain. Apakah karena saya masih guru yang anak-anak? apakah karena saya tidak kejam?apakah saya harus memukul siswa? Di dalam kelas mereka makan sembunyi-sembunyi, akhirnya saya menyuruh mereka untuk keluar dari kelas untuk makan dan ketika sesudah makan baru boleh masuk lagi ke kelas. Tapi apa yang terjadi mereka masuk dan makan lagi di kelas, saya langsung membawa mereka keruangan BK karena sudah termasuk tindakan kurang ajar siswa kepada guru. Di ruang BK mereka diproses dengan dimarah-marahi dan diancam akan diberi sanksi hingga dikeluarkan dari sekolah. Para siswa tersebut langsung menyadari kesalahan mereka dan seketika itu saya memaafkan mereka. Belajar dari pengalaman ini, saya berkesimpulan bahwa sebenarnya para siswa kelas VII itu mereka masih membawa mental anak-anak SD-nya yang mereka belum rubah ketika sudah duduk di bangku SMP.
Ada lagi kesan yang lainnya. Pada saat melakukan praktek. Siswa saya berikan tugas untuk membawa alat dan bahan untuk keperluan praktikum. Tapi ketika tiba untuk praktek banyak kelompok yang tidak membawa peralatan praktikum. Namun mereka tidak hilang akal, karena semangat mereka untuk melakukan praktikum mereka dengan segera mencari alat praktikum dari barang bekas sebagai pelengkap. Ternyata mereka masih punya motivasi belajar yang tinggi terhadap pelajaran khususnya mata pelajaran IPA.
sekian curhatan saya pada postingan ini..
Wassalamu alaikum Wr. Wb.
No comments:
Post a Comment